Tanda-tanda Husnul Khatimah dan Suul Khatimah
TANDA-TANDA KHUSNUL KHATIMAH DAN SUUL KHATIMAH
TANDA-TANDA HUSNUL KHATIMAH
Diantara tanda-tanda husnul khatimah :
1. Mengucapkan kalimat syahadat saat datangnya ajal.
Banyak hadits tentang hal ini, diantaranya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa ilaaha illallah” maka ia akan masuk surga“.
2. Meninggal dalam keadaan kening berkeringat.
Berdasarkan hadits Buraidah bin Al-Khusaib Radhiyallahu anhu bahwa ia berada di Negeri Khurasan, lalu suatu ketika ia menjenguk saudaranya yang sedang sakit dan mendekati ajalnya. Dahinya berkeringat, maka Buraidah mengatakan, “Allahu Akbar, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
“Seorang mukmin itu wafatnya dalam keadaan berkeringat keningnya“.
3. Meninggal pada malam Jum’at atau siang harinya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ إِلَّا وَقَاهُ اللَّهُ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Tidaklah seorang muslim meninggal pada Hari Jum’at atau malam Jum’at melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah kubur”
4. Mati syahid di medan perang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ . فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللّهُ مِن فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُواْ بِهِم مِّنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman” [Ali Imran/3:169-171]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللَّهِ سِتُّ خِصَالٍ يُغْفَرُ لَهُ فِي أَوَّلِ دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنْ الْفَزَعِ الْأَكْبَرِ وَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوتَةُ مِنْهَا خَيْرٌ مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا وَيُزَوَّجُ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً مِنْ الْحُورِ الْعِينِ وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam hal: Akan diampuni dosanya di saat menetes darahnya yang pertama. Dapat menyaksikan tempatnya di surga. Terhindar dari siksa kubur. Aman dari ketakutan yang dahsyat. Dihiasi dengan perhiasan iman. Dinikahkan dengan bidadari dan diberi izin untuk memberi syafaat pada tujuh puluh orang dari kerabatnya“.
5. Mati dalam berperang di jalan Allah.
قَالَ رسول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَا تَعُدُّونَ الشُّهَدَاءَ فِيكُمْ؟» قالوا: يَا رَسولَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ في سَبيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ. قَالَ: «إنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَليلٌ»! قالوا: فَمَنْ هُمْ يَا رسول الله؟ قَالَ: «مَنْ قُتِلَ في سَبيلِ الله فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في سَبيلِ الله فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ في البَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالغَرِيقُ شَهِيدٌ
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Menurut kalian siapakah orang yang mati syahid itu? Para shahabat menjawab: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang terbunuh di jalan Allah, dialah yang matinya dalam keadaan syahid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau demikian orang yang mati syahid dari umatku sedikit sekali. Para shahabat lalu bertanya: Kalau begitu siapa mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Siapa yang terbunuh di jalan Allah, maka ia mati syahid, siapa yang mati di jalan Allah, maka dia mati syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit tha’un maka dia mati syahid, siapa yang mati karena sakit perut maka dia mati syahid, dan orang yang tenggelam matinya syahid”
6. Mati karena wabah penyakit.
Ada beberapa hadits berkaitan dengan hal ini, diantaranya:
الطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Wabah penyakit tha’un itu adalah mati syahid bagi setiap muslim
7. Mati karena sakit perut.
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas:
وَمَنْ مَاتَ في البَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Siapa yang mati karena sakit perut maka dia mati syahid
8 dan 9. Mati tenggelam dan terbakar
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: المَطْعُونُ وَالمَبْطُونُ، وَالغَرِيقُ، وَصَاحِبُ الهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ في سَبِيلِ اللهِ
“Orang yang mati syahid itu ada lima: orang yang mati karena wabah penyakit, orang yang mati karena sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan, dan orang yang mati syahid di jalan Allah”
10. Meninggalnya seorang wanita yang melahirkan anaknya di saat nifas.
Berdasarkan hadits ‘Ubadah bin Shamit Radhiyallahu anhu bahwa
أنَّ رَسُوْلَ اللهِ عَادَ عَبْدَ اللهِ بْنَ رَوَاحَةَ، قَالَ : فَمَا تَجَوَّزَ لَهُ عَنْ فِرَاشِهِ، فَقَالَ : أَتَدْرِيْ مَنْ شُهَدَاءُ أُمَّتِيْ ؟ قَالُوْا : قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ، قَالَ : إِنَّ شُهَدَاءُ أُمَّتِيْ إِذًا لَقَلِيْلٌ، قَتْلُ الْمُسْلِمِ شَهَادَةٌ، وَالطَّاعُوْنُ شَهَادَةٌ، وَالْمَرْأَةُ يَقْتُلُهَا وَلَدُهَا جَمْعَاءُ، شَهَادَةٌ، يَجُرُّهَا وَلَدُهَا بِسَرَرِهِ إِلَى الْجَنَّةِ.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk Abdullah bin Rawahah Radhiyallahu anhu, ‘Ubadah mengatakan bahwa Rasulullah tidak jauh dari tempat tidurnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah (kalian) siapa orang yang mati syahid dari ummatku? Para shahabat menjawab: “Seorang muslim yang dibunuh. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalau demikian orang yang mati syahid dari umatku sedikit sekali, Terbunuhnya seorang muslim adalah syahid baginya, siapa yang mati karena wabah penyakit maka dia mati syahid, seorang wanita yang meninggal dengan sebab anaknya di saat nifas maka ia mati syahid, anaknya akan menuntunnya ke surga”
11 dan 12. Mati terbakar. Dan Penyakit pinggang (memar atau angin yang tertahan dipinggang (semacam angin duduk) dan menyebabkan rasa sakit dan sesak nafas).
Banyak hadis yang masyhur tentang hal ini. Dari Jabir bin ‘Utaik secara marfu’.
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Orang yang mati syahid selain orang yang meninggal di jalan Allah ada tujuh: “Orang yag meninggal karena penyakit tha’un, orang yang tenggelam, Dan Penyakit pinggang, orang yang meninggal karena sakit perut, orang yang mati terbakar, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan, dan seorang wanita yang meninggal di saat nifas, maka ia mati syahid”
13. Meninggal karena terserang penyakit TBC
Berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
القتل في سبيل الله شهادة والنفساء شهادة ،والحرق شهادة والغرق شهادة، والسل شهادة ،والبطن شهادة
“(Orang) yang terbunuh di medan perang mati syahid, wanita yang meninggal di saat nifas mati syahid, orang yang terbakar mati syahid, orang yang tenggelam mati syahid, orang yang meninggal karena terserang penyakit TBC mati syahid, dan orang yang mati karena sakit perut mati syahid”
14. Mati karena mempertahankan harta yang akan dirampok.
Terdapat beberapa hadits dalam hal ini, diantaranya:
منْ قُتِل دُونَ مالِهِ فهُو شَهيدٌ
“Orang yang meninggal karena mempertahankan hartanya maka dia mati syahid”
(dalam sebuah riwayat) :
مَنْ أُرِيدَ مَالُهُ بِغَيْرِ حَقٍّ فَقَاتَلَ فَقُتِلَ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Orang yang diambil hartanya dengan jalan yang tidak benar, lalu ia mempertahankannya kemudian terbunuh, maka dia disebut mati syahid”
15 dan 16. Mati karena membela agama dan jiwa.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُوْنَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دِيْنِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُوْنَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيْدٌ
“Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka dia mati syahid, siapa yang terbunuh karena membela keluarganya maka ia mati syahid, orang yang terbunuh karena membela agama maka dia mati syahid, dan orang yang terbunuh karena membela jiwanya maka dia mati syahid”
17. Mati di saat berjaga di jalan Allah.
Terdapat dua hadits, salah satunya:
رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ
“Berjaga (ketika jihad) adalah lebih baik (nilainya) dari berpuasa dan shalat malam selama sebulan, seandainya ia meninggal, maka akan diteruskan amalannya, rizkinya akan mengalir, dan ia akan aman dari para penanya di alam kubur”
18. Mati ketika beramal sholeh
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ خُتِمَ لَهُ بِهَا
دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallah hanya karena mengharap wajah Allah, maka ia akan diwafatkan dengan (mengucapkan) kalimat tersebut, ia akan masuk surga. Barangsiapa yang berpuasa hanya karena mengharap wajah Allah, maka akan dijadikan akhir hayatnya dalam keadaan berpuasa, ia akan masuk surga dan barangsiapa yang bersedekah dengan hanya mengharap wajah Allah, maka akan dijadikan akhir kehidupannya dalam keadaan bersedekah, ia akan masuk surga”
19. Orang yang dibunuh oleh penguasa yang dzolim
Disebabkan ia menasehatinya. berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ ، وَرَجُلٌ قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَه
“Penghulunya para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan orang yang mendatangi penguasa yang dzalim, lalu ia memerintahkan dan melarangnya (maksudnya menasehatinya) lalu ia dibunuh (oleh penguasa tersebut)“.
Begitu pula pujian kebaikan dari orang-orang sholeh pada si mayit, paling sedikitnya dua. Terdapat beberapa hadist tentang hal ini, diantaranya:
Dari Anas Radhiyallahu anhu berkata: (suatu ketika) ada jenazah lewat di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu jenazah tersebut mendapat pujian kebaikan. Orang-orang mengatakan: Sepanjang pengetahuan kami ia mencintai Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wajib baginya, wajib baginya, wajib baginya“. Kemudian datanglah jenazah lain, tetapi banyak orang yang mencelanya. Mereka mengatakan: “Seburuk-buruk orang dalam agama Allah”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wajib baginya, wajib baginya, wajib baginya“.
Umar Radhiyallahu anhu lalu bertanya: “Ayah dan ibuku menjadi tebusan bagimu. Tadi ada jenazah lewat lalu mendapatkan pujian, maka engkau mengatakan : “Wajib baginya, wajib baginya, wajib baginya”. Dan lewat jenazah yang lain, lalu mendapat celaan, maka engkau mengatakan: “Wajib baginya, wajib baginya, wajib baginya”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Siapa yang kalian puji dengan kebaikan, maka wajib baginya surga, dan siapa yang kalian cela, maka wajib baginya neraka. (Para malaikat adalah saksi Allah di langit) sedang kalian adalah saksi Allah di muka bumi. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi. Kalian adalah saksi Allah di muka bumi. (Dalam sebuah riwayat: Orang-orang yang beriman adalah saksi Allah di muka bumi. Allah memiliki para malaikat yang mengucapkan sesuai dengan penilaian Bani Adam terhadap seseorang, baik itu kebaikan atau keburukannya.
Dari Abul Aswad Ad-Daili berkata : Aku mengunjungi Madinah ketika terjadi wabah sehingga terjadilah kematian dengan cepat. (Suatu saat) aku duduk di samping Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu, tiba-tiba lewatlah jenazah, lalu jenazah tersebut mendapat pujian. Maka Umar berkata: “Wajib”. Lalu aku bertanya: “Apa yang wajib wahai Amirul Mukminin?” Beliau menjawab: “Aku mengatakan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang muslim siapun dia yang mendapat kesaksian kebaikan dari empat orang, maka Allah akan memasukkannya ke surga”. Maka kami bertanya: Tiga orang. Nabi menjawab: “Begitupula (kesaksian) tiga orang“. Kemudian kami bertanya lagi: “Dua orang”. Maka Nabi menjawab: ” Begitupula (kesaksian) dua orang“. Kami tidak bertanya kalau satu orang.
Siapa yang selalu ingat, berdzikir dan mencintai Allah dalam hidupnya, maka ia akan memerlukan amalan-amalan tadi di saat ruhnya keluar menuju Allah Tabaraka wa Ta’ala. Sebaliknya siapa yang sibuk dengan selain Allah di saat hidupnya, maka akan berat baginya untuk ingat pada Allah ketika menjelang maut jika ia tidak mendapat pertolongan dari Allah. Karena itulah, sudah selayaknya bagi orang yang berakal untuk selalu melazimkan hati dan lisannya untuk berdzikir dan taat pada Allah dimanapun ia berada, untuk menghadapi saat sakaratul maut yang seandainya luput darinya (maksudnya tidak mengingat Allah di saat itu-pent), maka ia akan celaka selama-lamanya. Ya Allah perbaikilah jiwa-jiwa kami dengan dzikir kepada, cinta, dan mengenal-Mu. Sucikanlah ia, Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya.
TANDA-TANDA SU’UL KHATIMAH
Ada beberapa sebab Suul Khatimah yang wajib diketahui oleh setiap mukmin sehingga dapat berhati-hati darinya. Yang paling dominan adalah sibuk dengan urusan dunia, selain itu tidak istiqamah, lemah iman, rusaknya akidah, dan terus menerus dalam kemaksiatan. Karena orang yang bergelimang dalam maksiat dan umurnya panjang dalam kejahiliyahan, maka hatinya akan akrab dengan maksiat. Segala aktivitas yang dilakukan dan disukai oleh seseorang di masa hidupnya, akan hadir dalam ingatannya di saat datangnya ajal. Jika yang lebih disukainya adalah perkara ketaatan, maka ketika datangnya kematian ia akan ingat ketaatan, sebaliknya, jika ia lebih condong pada kemaksiatan, maka itulah yang akan lebih banyak muncul ketika datangnya kematian.
Hati merasa takut untuk berpisah dengan apa yang disukainya dan apa yang sudah menjadi kebiasaannya, terlebih lagi di saat genting dan terjadinya musibah. Apabila hati telah yakin akan berpisah dengan apa yang disukainya tadi, maka ia akan teringat dengannya ketika hidupnya akan berlalu. Berkata Ibnul Qayyim: “Oleh karena itu – wallahu a’lam – sering kali orang yang akan meninggal mengucapkan apa yang disukainya dan banyak ia sebut, dan bahkan mungkin rohnya keluar dalam keadaan ia mengucapkan kalimat tadi. Banyak orang yang hobinya main catur di saat sakaratul maut mereka mengatakan “Rajanya mati”, dan sebagian yang lain mendendangkan syair sampai ia meninggal, karena dahulunya ia adalah penyanyi.
Ada seseorang yang mengabarkan kepadaku bahwa salah satu kerabatnya adalah seorang pedagang kain, di saat ajal datang mengatakan: “Kain ini bagus, sesuai untukmu, barang ini murah, menyamai ini dan itu”, sampai ia meninggal dunia.
Mujahid berkata, “Tidak ada seorangpun yang akan meninggal dunia, kecuali akan akan diperlihatkan padanya teman-teman yang biasa duduk bersamanya, baik itu mereka yang hobi bermain, maupun yang gemar dzikir.
Ada orang yang hobi main catur, ketika sakaratul maut, dikatakan padanya: “Ucapkanlah Laa ilaaha illallah, maka ia mengatakan: “Rajamu”, kemudian ia meninggal. Ia mengucapkan kalimat yang biasa ia katakan ketika bermain (catur) semasa hidupnya, sehingga ia mengganti kalimat tauhid dengan (Rajamu). Keadaannya tidak berbeda dengan orang yang biasa duduk dengan pecandu minuman keras, ketika ajal datang, dan ada orang yang mentalqinnya untuk mengucap syahadat, tetapi ia malah mengatakan: “Minum dan berilah aku minum), lalu iapun meninggal. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘Aliyyil ‘Adziim.
Demikianlah keadaan orang yang bertambah umurnya, tetapi dalam waktu yang sama bertambah keburukannya. Sehingga dalam umurnya yang dewasa keburukannya lebih banyak dibanding ketika masa kecilnya. Orang semacam ini biasanya sulit untuk bertaubat, dan tidak mendapat taufiq untuk beramal sholeh yang bisa menghapus apa yang telah ia lakukan dahulu. Dikhawatirkan ia akan mengalami su’ul khatimah sebagaimana yang terjadi pada banyak orang, yang meninggal dengan membawa kotoran. Mereka belum bersuci darinya sebelum meninggalkan dunia. Ini adalah tipu daya setan pada manusia di saat datangnya ajal, saat setan memerangi seorang hamba pada kali terakhirnya.
Dari Sa’id bin Musayyab dari ayahnya berkata : Ketika Abu Thalib mendekati ajalnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatanginya, sementara di dekat Abu Thalib ada Abu Jahal bin Hisyam dan Abdullah bin Abi Umayyah bin Al-Mughirah, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Wahai pamaku, ucapkanlah Laa ilaaha illallah, satu kalimat yang akan aku jadikan saksi di hadapan Allah“. Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah engkau berpaling dari ajaran Abdul Muthalib? Rasulullah tiada henti-hentinya menasehati pamannya, begitupula Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata seperti tadi, sampai pada akhirnya Abu Thalib mengucapkan bahwa ia mengikuti ajaran Abdul Muthalib dan enggan untuk mengucapkan Laa ilaaha illallah.
Diriwayatkan bahwa setan hadir di saat anak Adam sedang mengalami sakaratul maut dan ruhnya keluar, kemudian ia menawarkan padanya semua agama selain Islam. (Ia datang) dengan rupa orang yang memberi nasehat dan terpercaya seperti seorang ayah, ibu, saudara, atau teman setia, lalu berkata: “Matilah dalam keadaan Yahudi, karena ia adalah agama yang diterima di sisi Allah”. Atau ia berkata: “Matilah dalam keadaan nasrani yang merupakan agama Al-Masih dan diterima di sisi Allah Ta’ala. Setan tidak henti-hentinya menyebutkan keyakinan agama yang lain dengan harapan orang tadi meninggal dengan memeluk selain Islam. Inilah tujuannya, semoga Allah melaknatnya.
Berkata Abdullah bin Ahmad bin Hambal, “Aku menghadiri saat wafatnya ayahku, Ahmad dan tanganku memegang secercah kain untuk memegang janggutnya. Beliau tidak sadar kemudian terbangun dan mengatakan dengan isyarat tangannya: “Tidak, masih belum”. Beliau melakukannya berkali-kali. Maka aku katakan padanya: “Wahai ayahku, apa yang nampak olehmu ? Ayah menjawab, “Setan berdiri sambil menggigit terompahku dan mengatakan, “Wahai Ahmad, engkau telah selamat dariku”, maka aku mengatakan, “Tidak, masih belum sampai aku meninggal dunia”.
Al-Qurtubi berkata: “Aku mendengar guru kami Imam Abul ‘Abbas Ahmad bin Umar Al-Qurtubi berkata : Aku menyaksikan saat menjelang wafatnya saudara guru kami Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Al-Qurtubi di Qurtubah. Dikatakan kepadanya Laa ilaaha illallah, tetapi ia mengucapkan: Tidak, tidak. Setelah ia sadar, kami mengingatkan hal tersebut padanya, maka ia menceritakan bahwa ada dua setan yang ada di sebelah kanan dan kirinya mengatakan salah satu dari keduanya membisiki : Matilah dalam keadaan yahudi, karena ia adalah sebaik-baik agama. Dan setan yang satunya berkata : Matilah dalam keadaan Nasrani, karena ia adalah sebaik-baik agama. Maka aku mengatakan pada keduanya : tidak, tidak, apakah kepadaku kalian menawarkan hal ini?”
Berkata Ibnul Jauzi, “Aku melihat sebagian orang yang beribadah dalam masa tertentu lalu berhenti, maka ada yang menyampaikan padaku bahwa orang tersebut berkata, “Aku telah beribadah pada Allah dengan ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun juga.
Ibnu Katsir berkata, “Maksudnya…..bahwa dosa, maksiat dan syahwat menghinakan pelakunya di saat kematian di tambah pelecehan setan padanya, sehingga berkumpul padanya kehinaan dan lemahnya keimanan, sehingga ia mengalami su’ul khatimah. Allah berfirman:
وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَانِ خَذُوْلًا
“Dan adalah syaithan itu tidak mau menolong manusia” [Al-Furqaan/25: 29].
Tidak ada yang ingin mengalami su’ul khatimah semoga Allah melindungi kita darinya. Pada orang yang suci lahir dan batinnya pada Allah dan juga benar dalam segala ucapan dan perbuatannya maka belum pernah terjadi hal yang demikian itu pada mereka. Su’ul khatimah hanya akan dialami oleh orang yang rusak keyakinan batinnya, rusak amalannya, yang berani melakukan dosa besar dan kejahatan, sehingga bisa jadi hal itu semua akan lebih dominan padanya sampai ajal menjemputnya sebelum ia sempat bertaubat.
المرجع: www.dar-alqassem.com
[Disalin dari علامات حسن الخاتمة وسوئها Penulis : Dar Al Qasim, Penerjemah Mohammad Latif, Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2008 – 1429]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/46821-tanda-tanda-husnul-khatimah-dan-suul-khatimah.html